Posted in Opss #Opinions'

Yuk, Sayangi Diri Sendiri dan Berdamai dengan Insecure

Just be yourself

Hola, balik lagi di Oops Opinions’-nya ND Aohana. Kali ini saya akan beropini ditemani oleh BWSL, atau mungkin akan saya panggil Bee di sini. Please, welcome and thanks to Bee. Neng nong neng nong…

“Duh, gue insecure nih.”

“Gue gendutan ih, kan nggak pede ketemu orang.”

“Suara gue jelek. Insecure jadinya.”

See, gue mah apa dibandingkan mereka.”

Insecure atau Insecurity adalah bahasa gaul dari kata ‘Tidak Aman’, di mana seseorang sering kehilangan rasa percaya dirinya. Entah itu tentang tinggi badan, warna kulit, berat badan, ekspektasi yang gagal, dan hal-hal lainnya. Intinya tentang diri sendiri. (Penjelasan lebih detail tentang Insecure bisa dibaca di blog yang lain, karena di sini saya hanya akan beropini).

Menurut kamu, insecure adalah sesuatu yang wajar atau tidak?

Ya, insecure adalah sesuatu yang wajar menurut saya dan Bee. Sebagai manusia yang diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan, it’s normal, kalau kita kadang merasa nggak percaya diri. Tapi pernah nggak sih, kita berpikir insecure bisa menjadi motivasi untuk diri sendiri? Bee sendiri pernah bilang kepada saya;

“Gak apa-apa sebenarnya kalau mau merasa insecure. Asalkan hal itu bisa membuat lo merasa termotivasi untuk menjadi lebih baik, mungkin dalam beberapa hal yang sesuai dengan kemampuan lo.”

Tapi ada tapinya. Termotivasi menjadi lebih baik bukan berarti seseorang harus memaksa diri sendiri melakukan semua hal. What an emotional kalau sampai menyiksa diri untuk menjadi jauh lebih segalanya. Egois namanya. Padahal kan manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sudah seharusnya bangga dengan apa yang dimiliki oleh diri sendiri.

“Perubahan yang dilakukan oleh seseorang tidak seharusnya mengubah jati dirinya.”

Se-insecure apa pun kamu saat ini, please, jangan sampai membuat dirimu menjadi orang yang nggak bersyukur. Jangan sampai kamu memandang diri sendiri sebagai seseorang yang paling merasa kurang dalam segala hal. Sadar atau nggak sadar, pasti ada kelebihan dalam diri setiap orang yang hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Cuma kitanya aja yang kadang terlalu sibuk mengurus hal-hal menarik yang ada pada orang lain, sampai lupa kalau diri sendiri juga butuh diperhatikan.

“Kamu inginnya jadi orang lain, orang lain malah inginnya jadi kamu.”

Gimana caranya menghadapi insecure?

Relatif, I think. Tergantung bagaimana enjoyablenyakita. Seperti yang saya bilang sebelumnya, seseorang bisa mencari kelebihan diri sendiri. Mungkin bisa dimulai dari melakukan hal-hal yang menjadi hobi kita. “Tapi gue nggak punya kelebihan apa-apa, gue bahkan nggak tahu hobi gue apa.” Just doing what you want and what you like kalau begitu. Melakukan hal-hal kecil yang valuable terhadap orang lain juga bisa. Seperti misalkan kita pernah dipercaya sebagai pendengar curhatan seorang teman, kita pernah membantu mereka yang membutuhkan, and others.Contoh yang sangat sederhana tapi cukup berarti untuk diingat ketika kita merasa insecure. Dengan merasa diri sendiri berharga untuk orang lain, surely.

Wait, saya dan Bee mau cerita dulu tentang kisah insecurenya kita. Memiliki tinggi badan 149 cm adalah cobaan sekaligus rasa syukur. Pendek kan, ya? Tinggi badan segitu nggak cocok untuk dibanggakan, kata mereka yang ceritanya sempurna. Banyak yang sering bilang:

“Kalian kok pendek terus dari dulu? Kapan tingginya?”

“Tumbuh tuh ke atas, bukan ke bawah.”

“Makanya olahraga biar tinggi.”

Stunting, lo. Makanya banyak makan makanan yang bergizi.”

Well, we don’t care.

Makasih lho ya, untuk kata-kata terindahnya.

Se-merdekanya mereka mau bilang apa. But this is me, dengan segala kondisi fisik yang sudah diberikan Sang Pencipta. Mereka yang meributkan fisik seseorang nggak akan pernah tahu dengan perasaan di baliknya. Mereka nggak tahu kalau jauh sebelum mendengar ucapan itu, orang yang dihina sudah lebih dulu merasa insecure dengan dirinya sendiri. Kita juga nggak peduli tapinya. Manusia di bumi ini bukan hanya mereka yang terlalu suka mengurusi kekurangan orang lain. Banyak hal yang lebih useful dari pada memikirkan hal yang membuat insecure.

Saya pernah tanya Bee, “Pernah nggak, lo merasa insecure tentang tinggi badan lo?”

Bee jawab, “Sering banget. Setiap kali jalan bareng temen gue apalagi. Setiap fotoan, gue merasa ada seneng tapi insecure juga karena masalah tinggi badan. Temen-temen gue kan tingginya rata-rata 150an ke atas. Tapi, ya, mau gimana? Gue emang begini adanya. Mau diapain lagi coba? Selama mereka yang berteman dengan lo nggak memandang fisik, it’s ok, percaya diri aja.”

Seandainya gue sempurna dan punya segalanya, insecure lewat.

Memangnya lo Tuhan? (emot sebel). Udah dibilangin nggak ada manusia yang sempurna, masih aja ngomongin masalah sempurna. “Tapi, kan, nggak ada salahnya kalau hanya berandai-andai”. Ya, nggak salah memang, kalau berandai-andainya tetap bisa menerima kenyataan tentang diri sendiri. Tapi kalau misalkan berandai-andai, then lo memaksa diri untuk membuat ekspektasi menjadi sempurna, dan kenyataan yang terjadi malah jauh menjatuhkan. Hows?

Biar seandainya sempurna juga pasti ada hal-hal kecil yang membuat insecure. Entah itu berasal dari mereka yang terlalu suka meributkan kehidupan seseorang atau berasal dari self-untrust secara pribadi. Orang paling kaya di dunia ini, belum tentu merasa kaya dengan dirinya sendiri. Artis internasional yang keliatan nggak punya beban, belum tentu kenal betul dengan dirinya sendiri.

Mending buat dulu securities paling aman dalam hidupmu; kenal dan belajar untuk menerima diri sendiri. That’s it.

So, kesimpulannya, cara berdamai dengan insecure:

# Self-Accepted (Bersyukur dengan keadaan diri sendiri)

# Self-Motivated

# Self-Trust

# Bilang sama diri sendiri; kekurangan adalah jalan bagi seseorang untuk menerima takdir sebagai manusia biasa, bukan untuk menyiksa diri dengan anggapan segalanya harus ‘sempurna’.

Author:

Thank you for being here, in my blog. Joy, love, peace, happiness, and God's protection are my wishes for you.

Leave a comment